Di dunia sportsnas, Lionel Messi telah menciptakan banyak momen berkesan yang mengukir sejarah. Namun, ada satu kisah di luar lapangan yang tak banyak diketahui orang, di mana Lionel Messi membuat Patrice Evra, mantan bek kiri Manchester United dan Timnas Prancis, menangis di dalam mobil. Kisah ini bukan tentang konfrontasi fisik atau pertengkaran, melainkan tentang dampak emosional Messi di lapangan yang begitu mendalam hingga membuat Evra tidak kuasa menahan air mata.
Latar Belakang Rivalitas Messi dan Evra
Untuk memahami konteks ini, kita harus kembali ke tahun 2011, ketika Manchester United dan Barcelona bertemu di final Liga Champions. Pertandingan yang digelar di Stadion Wembley itu adalah salah satu momen paling ikonik dalam sejarah kompetisi tersebut. Di satu sisi ada Manchester United, salah satu klub raksasa Inggris yang dipimpin oleh Sir Alex Ferguson, dan di sisi lain ada Barcelona yang berada di puncak kejayaannya dengan Lionel Messi sebagai maestro utama.
Pertandingan tersebut berjalan dengan sangat intens, tetapi Barcelona, yang memainkan sport indah di bawah asuhan Pep Guardiola, berhasil mendominasi jalannya laga. Mereka menang dengan skor 3-1, dengan Messi mencetak satu gol yang menjadi sorotan, serta tampil mengesankan sepanjang pertandingan. Itu adalah salah satu performa terbaik Messi di final Liga Champions, dan banyak yang mengatakan bahwa malam itu dia “tak terbendung.”
Air Mata Evra Setelah Kekalahan
Dalam sebuah wawancara yang jujur dan emosional, Patrice Evra mengungkapkan bagaimana dampak kekalahan itu begitu menghancurkan dirinya secara mental. Evra, yang merupakan pemain kunci bagi Manchester United, merasa sangat frustrasi dan tidak berdaya menghadapi serangan demi serangan dari Barcelona, terutama Messi yang tampil luar biasa.
Evra menceritakan bahwa setelah kekalahan tersebut, dia langsung menuju mobilnya, duduk di belakang kemudi, dan tanpa bisa menahan diri, mulai menangis. Evra tidak menangis karena kalah, tetapi karena merasa bahwa dirinya dan rekan-rekannya tidak bisa melakukan apa pun untuk menghentikan Messi. Menurut Evra, perasaan tak berdaya ini adalah sesuatu yang sulit diterima oleh seorang atlet profesional yang terbiasa bersaing di level tertinggi.
Evra berkata, “Messi membuat saya menangis. Dia membuat kami terlihat seperti anak-anak. Setelah pertandingan, saya duduk di mobil dan mulai menangis. Itu adalah perasaan yang sangat mengecewakan karena kami berusaha keras, tetapi tidak ada yang bisa menghentikan dia.”
Dampak Messi di Lapangan
Kisah ini adalah salah satu dari banyak bukti tentang bagaimana Lionel Messi tidak hanya mengalahkan lawan dengan kemampuannya, tetapi juga meninggalkan dampak emosional yang mendalam bagi para pemain yang mencoba menghentikannya. Messi adalah pemain yang, pada puncaknya, bisa mengubah jalannya pertandingan sendirian. Dengan dribelnya yang lincah, visi yang luar biasa, dan kemampuan mencetak gol dari berbagai posisi, dia sering kali membuat lawan merasa putus asa.
Bagi Patrice Evra, yang dikenal sebagai salah satu bek terbaik pada masanya, menghadapi Messi mungkin adalah salah satu tantangan terberat dalam kariernya. Messi bukanlah tipe pemain yang mudah dikawal, bahkan bagi pemain bertahan sekelas Evra yang memiliki kecepatan dan kekuatan fisik yang hebat.
Kisah Persahabatan di Balik Rivalitas
Meskipun Messi pernah membuat Evra menangis, hubungan keduanya di luar lapangan penuh dengan saling hormat. Evra sering memuji Messi sebagai pemain terbaik dunia, dan Messi juga dikenal sebagai sosok yang rendah hati meski telah meraih begitu banyak prestasi. Kisah Evra menangis setelah kalah dari Messi hanyalah salah satu dari sekian banyak cerita yang menggambarkan betapa Messi bukan hanya hebat sebagai pemain, tetapi juga mampu menyentuh hati lawan-lawannya dengan caranya yang unik.
Kesimpulan
Lionel Messi adalah pemain yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mengubah jalannya pertandingan, bahkan meninggalkan dampak emosional yang mendalam pada pemain lawan seperti Patrice Evra. Kisah Evra yang menangis setelah kalah di final Liga Champions 2011 menunjukkan bagaimana Messi bukan hanya seorang pemain sport, tetapi juga sosok yang bisa membuat lawan merasa tak berdaya dengan performanya yang magis.
Di balik persaingan ketat di lapangan, ada rasa hormat yang mendalam antara Evra dan Messi, mengingatkan kita bahwa sport, pada akhirnya, lebih dari sekadar menang atau kalah. Itu adalah tentang rasa hormat, perjuangan, dan momen-momen yang mengukir sejarah.